"Rutinitas
yang itu-itu saja, seperti mengurus keluarga, menyiapkan
makanan,membersihkan rumah, melakukan hubungan seks dengan pasangan,
tanpa membuat kegiatan yang variatif tak jarang menimbulkan kejenuhan
dalam berumah tangga. Selingkuh, hanya salah satu efek lanjut kejenuhan
itu."
Peran yang dijalankan hanya sekedar saja sehingga tanpa disadari romantisme cinta yang indah dan membara di masa-masa pacaran dulu makin meredup. Meski rasa cinta itu ada, tapi hanya di anggap biasa saja. Kesibukan dalam menjalani peran masing-masing membuatn semuanya menjadi biasa dan hanya sekedar rutinitas. Inilah yang bisa menjadi penyebab rasa jenuh itu mencuat.
Menurut Ismarli Muis, S.Psi, psikolog di UNM Makasar, rutinitas dan menjalankan peran masing-masing akan menimbulkan rasa jenuh. Jika itu dibiarkan tanpa menciptakan variasi-variasi, efeknya akan membuat hubungan suami istri akan kurang baik. Apa lagi komunikasi yang terjalin selama ini kurang terbuka.
Dia meminta agar pasangan segera mengambil sikap untuk mengatasinya. "Kalau dulu biasanya jarang bertemu setelah berumah tangga tiap hari. Kalau tanpa variasi, cinta yang ada hanya dianggap sebagai rutinitas saja. Variasi itu bisa melakukan kegiatan bersama yang selama ini terlupakan atau mengajak keluarga rekreasi," ujar Ismarli.
Kata dia, rasa jenuh hanya lazim melanda pasangan usia perkawinan yang lama tapi juga usia belia, lima atau sepuluh tahun. Tak jauh berbeda dengan yang diungkapkan Hj Yoyoh Yusroh, anggota DPR RI, jika ada pasangan yang mulai dihinggapi rasa jenuh dalam menjalani kehidupan rumah tangga, maka sejak sekarang harus berusaha membuat ketahanan keluarga lebih kokoh
"jika kita ikhlas menjalankannya rasa jenuh itu tidak akan muncul"
Jika
cinta itu ada dan senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan yang variatif
antara suami istri dan anak-anak, maka rasa bosan itu tak akan ada. Kita
memang memerlukan kegiatan yang variatif dalam rumah tangga, jenuh itu
juga suatu kewajaran. Tapi dalam sisi agama, jika kita ikhlas
menjalankannya, rasa jenuh itu tidak akan muncul.
Yoyoh
menganjurkan agar salah satu pasangan mengatasi rasa jenuh itu dan
sebisa mungkin menghindari hal-hal negatif yang dapat menghancurkan
mahligai seperti selingkuh. Untuk itu, lanjutannya, ketahanan keluarga
harus menjadi nomor satu.
Kalau
pasangan suami istri berupaya saling memberi, semua bisa dihindari.
Jangan juga terlalu banyak menuntut terhadap pasangan. Ketahanan
keluarga itu bermodalkan cinta dan komitmen saat ijab kabul, bahwa
pasangan kita adalah pasangan dunia hingga akhirat.
Baik
Yoyoh maupun Ismarli memberikan kiat agar pasangan suami istri
melakukan kegiatan yang variatif. Tak hanya beraktivitas dengan
anak-anak di rumah tapi juga bersama seluruh anggota keluarga berekreasi
di luar rumah.
"Yang penting cinta dan komitmen saat ijab kabul, bahwa pasangan kita adalah pasangan dunia akhirat"
Jika
selama ini tak ada anggaran rekreasi atau shoping, kata Yoyoh tak ada
salahnya membuat anggaran dan membuat jadwal shoping bersama
keluarga.Selain itu, dia menyarankan suami istri bersilaturohim dengan
keluarga besar dan melihat kembali album foto saat pernikahan dulu.
"Kalau
bersilaturahmi, kita akan lihat siapa-siapa anggota keluarga besar kita
yang hadir dalam pernikahan dulu. Itu akan membuat kita terkesan akan
masa-masa indah dan membangkitkan kembali dalam rumah tangga. Sekali
lagi selingkuh bukan solusi tepat," tegasnya. Kalau alasan sama-sama
sibuk, tambah Yoyoh bisa di siasati dengan teknologi komunikasi yang
ada.
Ismarli
juga menambahkan, kegiatan variatif lain yang bisa dilakukan adalah
membuat variasi hubungan seks. Menurut dia, tak ada salahnya juga
menciptakan suasana baru dalam kamar maupun teknik bercinta.
No comments:
Post a Comment